Senin, 18 Mei 2015

10 Tanker Terkuat Dota 2


©Copyright: store.steampowered.com
Gamer online  mana yang tidak kenal Dota2? Gamer awam sekalipun pun pasti tak luput untuk sekadar tahu permainan ini.  Selain grafik dan koneksi yang lebih baik dari Dota sebelumnya, game Multiplayer Online yang dirilis tahun 2013 ini memiliki lebih banyak variasi karakter Hero yang memungkinkan seorang Gamer bisa menentukan lebih banyak Hero andalan.  Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para Suhu Dota 2 di Tanah Air, ane ingin sedikit memberikan gambaran beberapa Tanker andalan versi ane sendiri.  Berikut Hero ter-andalan dari nomor 1 sampai 10 beserta kelemahannya:

1.    Axe
Ter-andalan pertama adalah Axe. Walaupun kemungkinan suksesnya hanya 20 persen, frekuensi serangan skill “Counter Helix” Axe yang terus menerus dan banyaknya jumlah creeps yang diserang membuat Axe memiliki kemungkinan besar untuk melakukan lasthit terhadap creeps (Creeping), sekaligus mendapatkan banyak Gold dari  Creeping ini.  Namun Demikian,  Axe harus hati-hati terhadap Necrophos. Sekalipun jumlahnya sangat tinggi, Health Points Axe bisa berkurang terus menerus ketika berada di dekat Necrophos yang mengeluarkan “Heart Stopper Aura”.  

2.    Bristle Back
Monster ini cukup berbahaya karena memiliki skill “Quilspray” yang dapat nge-hit dan melukai semua musuh yang berada di radius 625. Counter-Hero nya adalah Viper, karena memiliki Poison Attack, yang selain mengakibatkan damage terus menerus, juga dapat menjadikan gerakan melambat.

3.   Dragon Knight
Punya skill Dragon Blood untuk tetap dapat bertahan di lanes, ga perlu bolak balik buat nyembuhin diri. Kelemahannya juga Viper dengan Poison attacknya. Namun demikian untuk Dragon Knight, kemungkinan tertolong dari Poison Attack Viper lebiih besar karena memiliki skill Regen.

4.       Tiny
Attack semua Hero meningkat di akhir-akhir permainan, tidak terkecuali Tiny. Namun Tiny, berhubung memang terlahir dengan kekuatan attack yang menonjol, di akhir permainan kemampuannya ini akan semakin tajam, damage yang dibuat Tiny bisa sangat fatal. Adapun Counter-Hero nya Tiny adalah Bane. Bane dapat mengurangi physical damage lawan dengan skill Enfeeble-nya.

5.   Wraith King
Hero yang dapat kembali bangkit beberapa saat setelah kehabisan Health Points adalah Wraith King, karena memiliki super skill Reincarnation sebagai andalan. Namun kemampuan hebat ini dapat terbendung oleh Lion, karena Lion memiliki skill Mana Drain yang dapat menyedot mana lawan. Ketika Mana Drain ditujukan pada Wraith King, kemungkinan besar ia tidak akan dapat melakukan Reincarnation karena kekurangan atau bahkan kehabisan mana.

6.   Abadon
 Borrow Time, membuat Abadon ditakuti. Skill ini dapat mengkonversi damage menjadi Health Points. Counter-Hero untuk Abadon adalah Lina.  Time Borrow hanya bisa dilakukan jika Health Points sisa di bawah 400, untuk mengantisipasi ini, Lina memiliki skill “Laguna Blade”, yang ketika skill level-nya di angka  1 saja dapat memberikan damage kepada lawan sebanyak 450, tidak terkecuali Abadon.

7.     Night Stalker
Malam hari saatnya membantai musuh, dialah Night Stalker. Sesuai dengan namanya, malam merupakan kesempatan istimewa untuk Hero yang satu ini, Night Stalker menjadi gesit dan beringas saat matahari berlalu. Sebaliknya, Night Stalker menjadi sangat inferior di siang hari.

8.    Tide Hunter
Gunakan skill Kraken Shell,maka Tide hunter akan kebal dari serangan melee creeps dan hanya sedikit menerima damage dari melee Hero. Adapun Counter-Hero nya adalah Clinkz dengan Shearing Arrow-nya. Panah berapi ini dapat membuat lawan yang terkena serangan terbakar dan menerima damage yang lumayan, tidak terkecuali Tide Hunter yang dilindungi Kraken Shell.

9.    Timber Saw
Chakram milik Timber Saw membuat musuh yang kena skill ini melambat dan sulit lari darinya.  Namun demikian berbeda dengan Crystal Maiden,bukan berarti dia bisa lepas dari Chakram-nya, tapi daripada Crystal Maiden harus tergopoh-gopoh berusaha kabur, mengeluarkan Freezing Field dan tetap tinggal akan lebih effektif untuk melukai, sekaligus memperlambat balik Timber Shaw (Movement Slow:30%).



10.    Slardar
Kombinasikan dengan item Blink Dagger, maka  Slardar akan menjadi sangat gesit. Hati-hati ketika berhadapan dengan Hero yang memiliki skill Stun, segesit apapun Hero, jika terkena Stun tentunya tidak akan dapat berkutik.

Demikian 10 Jagoan Tanker versi ane, harap maklum atas kekurangannya.  Semoga informasinya bermanfaat, khususnya bagi para pemula Dota 2 seperti ane.







Minggu, 26 April 2015

Klausa Dalam Tata Bahasa Fungsional


Bahasa Inggris merupakan bahasa yang kaya raya akan unsur kajian. Untuk dapat memahami kalimat bahasa Inggris secara mendalam, kita tentu harus menguasai berbagai unsur ‘kekayaannya’.  Salah satu unsur kajian ilmu bahasa Inggris adalah kajian Tata Bahasa Fungsional, yang dipelopori M.A.K Halliday. Dalam ilmu ini, pokok kajian berfokus kepada struktur bahasa yang dipelajari berdasarkan fungsi unsur-unsur pembentuknya. Kajian ilmu ini berhubungan erat dengan pemahaman makna ungkapan dalam suatu bahasa, khususnya bahasa Inggris.

Jika bahasa merupakan sistem makna yang memiliki struktur, maka Tata Bahasa Fungsional  menguraikan pembahasan mengenai struktur bahasa berdasarkan makna. Tata Bahasa Fungsional mempelajari bagaimana hubungan unsur-unsur tersebut dapat menghasilkan makna tertentu, karena makna dan struktur bahasa merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.

Ruang lingkup uraian Tata Bahasa Fungsional berfokus kepada klausa. Dalam kajian ilmu ini, klausa dapat merupakan tiga hal, yakni Clause as message, Clause as Exchange, dan Clause as representation.  Ketiga kategori klausa ini merupakan suatu landasan untuk mengetahui pembentukan makna sehingga makna tersebut dapat dimengerti. Klausa merupakan salah satu unsur tataran bahasa selain kata, frasa, kalimat, dan wacana.  Begitu pula dalam bahasa Inggris, klausa memiliki predikat yang berupa verba sebagai unsur utamanya.  Salah satu fungsi klausa adalah bahwa klausa dapat merupakan suatu alat untuk mengungkapkan sekaligus menggambarkan apa yang terjadi di lingkungan sekitar manusia dan di dalam diri mereka.  Segala hal yang terjadi itu dijabarkan dalam sistem semantik bahasa dan kemudian diungkapkan melalui tata bahasa klausa.  M.A.K. Halliday menyebut teori ini dengan istilah Proses (Process).  Menurutnya, Proses dalam semantik bahasa Inggris terdapat tiga Proses inti, yakni Material Process, Mental Process, Relational Process, dan tiga Proses tambahan, yaitu Behavioral Process, Verbal Process, dan Existential Process.  Semua jenis Proses tersebut merupakan bagian dari kajian Tata Bahasa Fungsional  dalam bahasa Inggris.

1.      Clause as message (Klausa sebagai pesan)

Klausa dapat merupakan sebuah pesan karena klausa dapat digunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi.  Dalam  Clause as message, terdapat istilah Theme dan Rheme.  Theme adalah unsur yang menjadi landasan sebuah pesan. Sedangkan Rheme adalah pesan yang dikembangkan dari Theme.  Theme selalu muncul pada bagian awal sebuah klausa karena Theme merupakan titik awal sebuah pesan. Theme dapat berupa Nominal group, Adverbial group, atau Prepositional phrase.

Untuk lebih jelasnya, contoh Clause as message dapat dilihat di bawah ini:

The duke
Once
Very carefully
On Friday night
has given my aunt that report
I was a real turtle
she put him back on his feet again
I go backwards to bed
Theme
Rheme


2.      Clause as exchange (Klausa sebagai sarana pertukaran)

Yang dimaksud dengan Clause as exchange adalah bahwa klausa merupakan alat untuk berinteraksi; klausa adalah sebuah sarana untuk bertukar, yaitu untuk ‘memberi’ (giving) dan ‘meminta’ (demanding). Mengenai hal ini, Halliday menerangkan bahwa giving’ (memberi) pasti mengharapkan ‘receiving’ (menerima), dan ‘demanding’  (meminta) pasti mengharapkan ‘giving’ (memberi).   Dengan kata lain, dalam Clause as exchange, dibutuhkan suatu hal untuk ditukar.  Hal tersebut dapat berupa (a) goods-&-services, atau (b) information.
Contoh:
(1) Kiss me!
(2) Pass the salt!
(3) When did you last see your father?
            Dalam contoh (1) dan (2), hal yang diminta adalah goods-&-services, sedangkan dalam contoh (3), hal yang diminta adalah information.

3.      Clause as representation (Klausa sebagai sarana representasi)

Clause as representation berarti klausa dilihat dari sisi fungsinya sebagai alat untuk merepresentasikan sesuatu, yakni sebagai alat untuk menguraikan segala hal yang terjadi, baik itu yang terjadi di luar, maupun di dalam tubuh manusia.  Unsur-unsur pembentuk Clause as representation terdiri dari Process, participant, dan circumstance. 

Contoh:
The lion

chased

the tourist

lazily

through the bush
participant
process
participant
circumstance
circumstance

Adapun penjabaran mengenai unsur-unsur Clause as representation adalah sebagai berikut:

a.      Process (Proses)
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembentukan suatu Proses.  Suatu Proses tidak akan muncul tanpa adanya peran masing-masing komponen pembentuknya.  Halliday menyebutkan bahwa unsur-unsur Process terdiri dari proses itu sendiri (process), pelibat (participant), serta circumstance sebagai unsur opsional.

Demikian penjabaran Halliday mengenai process yang dimaksud, 
“What does it mean to say that a clause represents a process? Our most powerful conception of reality is that it consists of ‘goings-on’: of doing, happening, feeling, being.  These goings-on are sorted out in the semantic system of language, and expressed through the grammar of the clause”.(Halliday, 1985: 101).

Kutipan ini menjelaskan bahwa dalam Clause as representation,  klausa berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan segala hal yang terjadi, yakni Proses.  Proses tersebut dapat merupakan suatu tindakan, perasaan dan pengalaman, serta segala kejadian dan kenyataan yang ada di sekitar kita. 

Bloor (1995: 110), dalam bukunya, The Functional Analysis of English, A Hallidayan Approach, menyebutkan,

“The term process as a technical term in systemic functional grammar has a slightly different meaning from its everyday usage.

Istilah proses dalam Tata Bahasa Fungsional  memiliki arti tertentu, yang berbeda dari penggunaannya sehari-hari.  Lebih lanjut mereka menjabarkan bahwa yang dimaksud proses (process) adalah,

1. Berfungsi untuk menunjukkan segala hal yang terjadi dalam klausa
2.Untuk menunjukkan maksud (hal). Maksud tersebut diisyaratkan dalam  
    kelompok verba, yang berperan sebagai process.

b.      Participant (Pelibat)

Menurut Liisa Holopainen, pelibat adalah unsur sebuah Proses yang terdiri dari manusia atau benda, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelibat masuk ke dalam kelas kata nomina. Proses dapat terjadi karena terdapat pelibat tertentu yang memiliki perannya masing-masing dalam sebuah klausa. Pelibat tersebut kemudian menyatu dengan proses sehingga menjadi sebuah rangkaian yang menghasilkan sebuah makna.

c.       Circumtance

Unsur lain yang dapat muncul dalam sebuah Proses adalah Circumstance.  Namun demikian, unsur ini bukan merupakan unsur yang selalu muncul dalam klausa seperti halnya process dan participant. Circumstance ini berupa unsur opsional; unsur ini dapat muncul atau tidak sama sekali dalam suatu klausa. 

Circumstances dapat diketahui dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ‘kapan?’, ‘di mana?’, ‘kenapa?’, ‘bagaimana?’, ‘berapa banyak?’, dan ‘sebagai apa?’.  Circumstances ini dapat berupa adverb, frasa adverbia, frasa preposisi, dan klausa bawahan.

Mengenai hal ini, unsur-unsur yang dapat berperan sebagai Circumstance menurut Halliday adalah:

  1. Extent and Location (ukuran luas dan lokasi)

Yang dimaksud Extent dalam Circumstance adalah suatu ukuran.  Adapun untuk cakupan ukuran yang dimaksud adalah seperti yakni yar, putaran, babak, dan tahun.  Extent dan Location dapat bersifat Spatial (ruangan: jarak dan tempat) dan dapat bersifat Temporal (durasi dan waktu), sehingga Extent dapat ditandai dengan bentuk-bentuk interogatif ‘how far?’, ‘how long?’, ‘how many (satuan ukuran)?’, dan ‘how many times?’”  Sedangkan Location dapat ditandai dengan bentuk interogatif ‘where?’ dan ‘when?’.

Berikut contoh dan gambaran mengenai Extent dan Location:


Spatial
Temporal
Extent
Distance
walk (for) seven
miles

Duration/frequency
stay (for) two hours
Location
Place
work in the kitchen
Time
get up at six o’clock

  1. Manner (sifat/cara)

Manner mengacu kepada beberapa sub-kategori, yakni:

a.       Means (alat)
Means mengacu kepada suatu alat atau sarana yang menyebabkan terjadinya sebuah proses.. Pada umumnya, Means diungkapkan dengan frasa preposisi yang menggunakan preposisi ‘by’ atau ‘with’

 Contoh:
 She beat the pig with the stick

b.      Quality (kualitas)
c.        
Quality biasanya diungkapkan dengan kelompok adverbia, dengan adverb ‘–ly’ sebagai inti. Interrogative (kata tanya untuk mengetahui) Quality adalah ‘How?’ Atau ‘How…?’ ditambah adverb yang bersangkutan.

Contoh:
  It was snowing heavily

d.      Comparison (perbandingan)
Comparison biasanya diungkapkan dengan frasa preposisi yang menggunakan ‘like’ atau ‘unlike’.  Selain itu, Comparison dapat juga diungkapkan oleh kelompok adverbia yang menunjukkan persamaan atau perbedaan.  Interrogative untuk Comparison adalah ‘what… like?’

 Contoh:
It went through my head like an earthquake.

  1. Cause (penyebab)

Cause terdiri dari beberapa sub-kategori, yakni:

a.      Reason (alasan)

Reason menunjukkan alasan terjadinya sebuah proses. Reason ini biasanya diungkapkan dengan preposisi ‘through’, ‘because of’, ‘as a result of’, ‘thanks to’, dan ‘of’ yang berfungsi sebagai preposisi penuh.

 Contoh:
 …die of starvation

b.      Purpose (tujuan)

Purpose menunjukkan tujuan terjadinya suatu tindakan, yakni maksud di dalamnya. Purpose ditandai dengan penggunaan frasa preposisi yang menggunakan ’for’ atau preposisi kompleks seperti ’in the hope of’ dan ’for the purpose of’.   Interogative untuk Purpose adalah ’what for?’.

Contoh:
  She went nearer to watch them.

c.       Behalf  (untuk kepentingan...)

Behalf menunjukkan suatu kepentingan yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kesatuan yang lain.  Behalf menurutnya dapat diungkapkan oleh frasa preposisi yang menggunakan ‘for’.

Contoh:
  Pray for me

Interrogative untuk Behalf  biasanya adalah ‘who for?’.

  1. Accompaniment  (keikutsertaan)

Unsur Accompaniment ini merepresentasikan makna ‘dan’, ‘atau’, dan ‘tanpa’, dalam posisinya sebagai salah satu unsur Circumstance.  Dengan kata lain, frasa preposisi dalam Accompaniment dapat mengandung salah satu makna di antara  ‘dan’, ‘atau’, dan ‘tanpa’’.  Frasa preposisi yang biasa dipakai dalam Accompaniment adalah ‘with’, ‘without’, ‘besides’, dan ‘instead of’.   Untuk lebih jelasnya, Accompaniment dapat dilihat di dalam contoh-contoh berikut:

·         Jane set out with her umbrella
·        Fred came without Tom
·         Fred came instead of Tom

  1. Matter (perihal)

Matter dapat menjawab pertanyaan ‘what about?’.  Frasa preposisi yang biasa dipakai dalam Circumstance ini adalah frasa preposisi seperti ‘about’, ‘concerning’, ‘with reference’, dan ‘of’.

 Contoh:   
  • I worry about her health
  • He kept quiet on the subject of compensation for their losses.

  1. Role (peran)

Role dapat menjawab pertanyaan ‘what as?’ dan merepresentasikan makna ‘be’, baik itu sebagai attribute atau identity.   

Preposisi yang biasa dipakai dalam Role adalah: ‘as’, ‘by way of’, ‘in the role/shape/guise/form of’.

Contoh:
  • I come here as a friend
  • They leave the place by way of protest



Jenis-jenis Process

Halliday membagi Process kepada beberapa jenis.  Dengan pembagian jenis Process ini, dapat terlihat perbedaan antara istilah proses yang bersifat teknis dan non-teknis.  Proses tersebut berupa tiga proses pokok, dan tiga proses tambahan.  Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

  1. Material Process

Material Process ini adalah ‘proses melakukan’ sesuatu.  Sebagaimana ungkapannya,  Unsur Material process ini terdiri dari:
a.. Proses itu sendiri (process), yang merupakan verbal group, dan
b. Participant (pelibat), yang merupakan nominal group. 

Seperti yang telah diuraikan di atas, Process dalam Material process harus memiliki makna ‘melakukan sesuatu’.  Material process adalah bahwa proses ini dapat menjawab pertanyaan yang mengandung verba ‘melakukan’, seperti contoh ini: “Apa yang dilakukan harimau?”.  Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa verba yang dipakai dalam proses tersebut merupakan verba ‘doing’ , atau verba ‘melakukan suatu hal’. 

Karena verba yang dipakai dalam process ini berupa verba ‘aksi’, maka Halliday juga menjabarkan konsep Actor dan Goal.   Actor adalah seseorang atau sesuatu yang melakukan perbuatan, sedangkan Goal adalah seseorang atau sesuatu yang dikenai atau ‘mengalami akibat’ proses tersebut.

Contoh:
The lion
 caught
 the tourist
Actor
 Process
     Goal

  1. Mental Processes

Mental process merupakan proses yang terjadi di dalam diri manusia, yakni proses merasakan, berpikir dan melihat.   Mental process bukan proses ‘melakukan sesuatu’ sehingga proses ini tidak dapat digantikan dengan ‘do’.

Dalam Mental process ini, terdapat pelibat yang disebut dengan istilah Senser dan Phenomenon.  Senser ialah seseorang yang mengalami proses.  Sedangkan Phenomenon adalah hal yang dialami.

Sederhananya, mental process dapat ditandai dengan penggunaan verba yang bersifat mental (terjadi di dalam) serta tidak bersifat ‘aksi’, dan salah satu pelibatnya harus merupakan makhluk hidup. Lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:
I
like
it
Senser
Process
Phenomenon


Untuk dapat membedakan dengan jelas antara Mental Process dan Process yang lainnya, berikut uraian rinci Mental Process yang saya ambil dari beberapa sumber.

Halliday menyatakan,

“Mental processes are processes of feeling, thinking and seeing. They are not kinds of doing, and cannot be probed or subtituted by ‘do’.” (Halliday, 1985: 111).

Yang kurang lebih maksudnya adalah bahwa Mental processes merupakan Proses merasakan, berpikir, dan melihat.  Mental processes bukan Proses melakukan, karena bukan merupakan suatu tindakan.  Mental process tidak dapat diujicoba atau digantikan oleh ‘do’.   Halliday memberikan rincian lanjut mengenai Mental process ini dengan menguraikan bahwa Feeling, Thinking, dan Seeing di atas masuk ke dalam tiga sub-kategori verba, yaitu:

1. Perception (verba mengenai penglihatan, pendengaran, dan sebagainya)
2. Affection (verba mengenai rasa suka, rasa takut  dan sebagainya)
3. Cognition (verba mengenai pikiran, rasa tahu, rasa mengerti, dan sebagainya).

Apabila kita mengacu kepada Oxford ADVANCED LEARNER’s Dictionary, Perception dapat diartikan ke dalam beberapa maksud, yaitu: 

1. The way you notice things, especially with the senses
2. The ability to understand the nature of something
3. An idea, a belief or an image you have as a result of how you see or understand  
   something

Dari ketiga arti yang dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud verba Perception adalah verba yang berhubungan dengan daya perasa seseorang serta kesadaran seseorang akan adanya sesuatu, dan semuanya terjadi ‘di dalam’ manusia.

Kategori verba berikutnya adalah Affection.  Verba Affection memiliki makna yang berhubungan dengan perasaan dan pandangan seseorang terhadap sesuatu karena Affection berarti “the feeling of liking or loving somebody or something very much and caring about them”. (Hornby, 2000: 22). Di samping itu, Leech juga menyebutkan dalam bukunya bahwa makna afektif (Affective meaning) menunjukkan perasaan pembicara, yakni mengenai pandangannya terhadap pendengar, atau pandangannya terhadap apa yang dibicarakannya. (Leech, 1974: 18).  Berdasarkan pengertian tersebut, verba yang mengandung makna Affection berarti verba yang berkaitan dengan tingkat perhatian, dan tingkat rasa suka atau rasa tidak suka seseorang akan sesuatu.
 
Kategori yang terakhir adalah Cognition.  Dalam Oxford ADVANCED LEARNER’s Dictionary, dijelaskan bahwa Cognition berarti “Process by which knowledge and understanding is developed in the mind”, yakni suatu proses yang membuat pengetahuan dan pemahaman berkembang dalam pikiran.  Di dalam Oxford ADVANCED LEARNER’s Dictionary juga terdapat penjelasan mengenai makna leksikal kata ‘cognitive’--bentuk ajektifa dari kata Cognition.   Kata ‘cognitive’ memiliki makna yang berhubungan dengan proses pemahaman yang berhubungan dengan pikiran.  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa verba berkategori Cognition adalah verba yang memiliki kaitan dengan daya pikir manusia.

Mengenai rincian dan ciri-ciri Mental process, Bloor (1995: 116), menambahkan bahwa klausa-klausa Mental process cenderung diketahui melalui penggunaan verba-verba seperti think, know, feel, smell, hear, see, want, like, hate, repel, admire, enjoy, fear, frighten.  Senada dengan ungkapan Bloor, Linda Gerot dan Peter Wignell juga mendukung teori ini dengan pernyataan bahwa Mental process tidak bersifat fisik dan bukan merupakan tindakan yang tampak jelas karena Mental process  berhubungan dengan kejadian-kejadian yang tidak tampak. 1994: 58)

Dari keseluruhan teori yang dijabarkan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Mental process merupakan kejadian yang tidak terlihat, karena terjadi di dalam diri kita.  Mental process bukan tindakan melakukan ‘apa’ keapada ‘siapa’, namun merupakan proses merasakan, melihat, atau memikirkan ‘apa’.   

Unsur yang teribat dalam Proses ini adalah process itu sendiri, yang terdiri dari verba mental, kemudian Senser dan Phenomenon.   Senser adalah Orang yang mengalami proses, dan Phenomenon adalah gejala yang dialami atau dirasakan oleh Senser.

Kriteria Mental Process

Karakteristik khusus klausa Mental process menurut Halliday, yang membedakannya dengan klausa Material process adalah beberapa poin berikut:

1. Di dalam Mental Process selalu terdapat pelibat yang merupakan manusia, yang merasakan, berpikir, atau menyadari,  atau lebih tepat, dapat dikatakan bersifat ‘seperti manusia’.   Tanda yang signifikan untuk pelibat ini adalah bahwa pelibat tersebut ‘memiliki kesadaran’.

Senser, yang merupakan salah-satu pelibat dalam klausa Mental process harus merupakan makhluk hidup yang berpikir, yakni manusia atau setidaknya makhluk yang bernyawa. Senser harus merupakan makhluk hidup karena hanya makhluk hiduplah yang dapat berpikir, merasakan, dan menyadari.

Contoh:

Tim
knows
the city
Senser
(a sentient being)
Mental process
Phenomenon
           
Berbeda dengan Senser,  Phenomenon tidak selalu merupakan makhluk hidup, namun dapat juga berupa makhluk tak hidup. (Bloor et al.,1995: 118).

2.  Kriteria kedua yang dimiliki oleh klausa Mental process adalah bahwa apa yang dirasakan, dipikirkan, dan disadari bukan hanya merupakan sebuah benda, tapi dapat juga merupakan sebuah fakta (a fact). 

Contoh:
Tim
realized
that he was in a big city

Senser
Mental process
Phenomenon
(a fact)


3.  Kriteria Mental process yang berikutnya yaitu bahwa Tense (Bentuk Waktu) dasar klausa ini berupa SIMPLE PRESENT.   Namun demikian, verba mental juga mungkin terdapat dalam PRESENT CONTINUOUS.

 Contoh:   I feel I’m knowing the city for the first time. (‘I’m getting to know’).  

Dalam contoh di atas, klausa Mental process berada dalam bentuk Present Continuous, namun demikian, makna yang dimiliki klausa ini tidak bersifat progresif, bukan makna yang menyatakan ‘sedang terjadi sesuatu’, akan tetapi, klausa ini menyatakan ‘akan terjadi sesuatu’.
4.  Mental process dalam bahasa Inggris direpresentasikan sebagai two-way processes (proses dua cara); sebagai contoh, suatu klausa dapat dikatakan dengan cara ‘Mary liked the gift’ atau ‘The gift pleased Mary’.   Dalam contoh klausa ini, dengan mengganti verba ‘liked’ dengan ‘please’, ‘Marry’ yang merupakan Senser dapat berganti fungsi dari yang semula Subjek menjadi Objek tanpa merubah makna klausa.  Begitu pula dengan ‘the gift’—Phenomenon, dalam contoh klausa ini.  The gift’ beralih fungsi dari Objek menjadi Subjek.  Namun demikian, walaupun terjadi pergantian posisi Senser dan Phenomenon, klausa tetap berada dalam kalimat aktif, karena verba ‘liked’ memiliki hubungan makna yang hampir sama dengan verba ‘pleased’.  Inilah yang disebut oleh Halliday sebagai two-way processes.

5.  Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kriteria Mental process yang kelima adalah bahwa Mental Process tidak dapat diuji coba atau digantikan oleh ‘do’ karena Mental process bukanlah hal melakukan, melainkan hal merasakan, berpikir dan melihat.  Mental process berfokus kepada hal-hal ‘bukan tindakan’ yang terjadi di dalam diri manusia.

6. Mental process selalu melibatkan Senser dan Phenomenon.  Namun demikian, kedua pelibat (Senser dan Phenomenon) ini tidak harus selalu muncul dalam klausa. 

Ilustrasi mengenai muncul atau tidaknya Senser dan Phenomenon dapat dilihat dalam contoh berikut:
1)      Dalam klausa Mental process, mungkin terdapat Senser dan tidak ada Phenomenon (yang dituliskan secara tersurat).
Contoh:    Jill can’t see.
Klausa tersebut sebenarnya memiliki Phenomenon, namun tidak dinyatakan secara eksplisit.
2)      Sebaliknya, dalam klausa tersebut mungkin terdapat Phenomenon, namun tidak terdapat Senser.
             Contoh:    Her every look bewitches
      Senser dari bewitches  adalah manusia, namun tidak disebutkan (implicit).

  1. Relational Process

Ungkapan ini menyebutkan bahwa Relational process adalah proses tentang keadaan (keberadaan) seseorang atau sesuatu.  Hal tersebut dapat dilihat pada contoh ‘Sarah is wise’, ‘Tom is the leader’.  Makna utama klausa jenis ini adalah bahwa sesuatu ‘adalah…’.

Jenis Relational processes adalah sebagai berikut:
a)      Intensive                    X is A             Contoh: Sarah is wise.
b)      circumstantial          X is at A          Contoh: Sarah is at home.
c)      possessive                X has A            Contoh: Sarah has a pet.

Setiap jenis Relational process tersebut memiliki dua bentuk, yaitu :
      a)  attributive
Dalam bentuk attributive, sebuah atribut yang disematkan kepada participant dapat merupakan kualitas (intensive), keadaanwaktu, tempat dsb. (circumstantial), atau sebagai kepemilikan (possessive).

b)      identifying
Sedangkan dalam bentuk identifying, suatu unsur dipakai untuk mengidentifikasi unsur yang lain. Keduanya dapat memiliki hubungan yang bersifat intensive, circumstantial, atau possessive.

Perbedaan yang paling mendasar antara keduanya adalah bahwa klausa identifying dapat dibalik, sedangkan klausa attributive tidak dapat dibalik.  Klausa identifying memiliki bentuk pasif, sedangkan klausa attributive tidak memiliki pasif. 

Ketiga poin tersebut di atas merupakan jenis Process utama menurut Halliday.   Adapun proses yang bersifat sekunder adalah:

  1. Behavioral processes

Behavioral processes merupakan proses perilaku yang bersifat fisik dan psikologis, seperti bernafas, bermimpi, tersenyum, batuk.  Secara gramatikal, proses tersebut berada di antara Material processes dan Mental processes.

  1. Verbal processes

Verbal process menurut Halliday adalah proses mengatakan. ‘Mengatakan’ di sini tidak hanya terpaku kepada verba ‘say’, namun mencakup semua jenis verba yang berhubungan dengan makna ‘mengatakan’.  Demikian ungkapan Halliday mengenai hal tersebut
Contoh: 
·         The notice tells you to keep quiet.
·         My watch says it’s half past ten.

  1. Existential processes

Existential process berperan dalam memberikan gambaran bahwa sesuatu hal ada atau terjadi.

Contoh Existential processes adalah:
There seems to be a problem

Kata ‘there’ pada contoh di atas tidak memiliki fungsi referensial, namun kata ‘there’ muncul karena klausa tersebut membutuhkan Subjek. Selain itu, Existential processes biasanya memiliki verba ‘be’, atau verba yang lain yang mengungkapkan keberadaan, kemudian diikuti dengan kelompok nomina yang berfungsi sebagai Existent.  

Demikian uraian tentang klausa dan Proses dalam ruang lingkup Tata bahasa Fungsional yang dipelopori oleh M.A.K Halliday. Semoga bermanfaat.


Daftar Pusataka

Bloor, T. & Bloor, M. 1995. The Functional Analysis of English: A Hallidayan
Approach. New York: St. Martin's Press.
Chaer, Abdul. 2003.  Linguistik Umum.  Jakarta:  PT Rineka Cipta.
Eggins, S. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London:  
Pinter.
Gerot, L & Wignell, P. 1994.  Making Sense of Functional Grammar:  Australia:
Gerd Stabler.
Halliday, M.A.K. 1985.  An Introduction to Functional Grammar.  Great Britain:  
Edward Arnold.
Halliday, M. A. K. & R. Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman
Leech, Geoffrey. 1974.  Semantics:  the Study of Meaning.  Great Britain: Penguin      
Books.
Hornby, A.S. 2000. Oxford ADVANCED LEARNER’S Dictionary. Oxford:
            Oxford University Press.
Holoppainen, Liisa. 2005. Who Did What To Whom: A Transitive Analysis of
            Amnesty Hearings in South Africa. Journal of research 1-72.